Sebuah Kisah yang Memilukan

Syaikh Khalid Abu Shalih berkisah dalam bukunya Al-Unf Dhid al-Athfal wa Mauqif al-Islam Minhu (Judul versi terjemah: Kekerasan Terhadap Anak dan Bagaimana Islam Menyikapinya)..

Seorang laki-laki meninggalkan salah satu pusat perbelanjaan. Kedua tangannya menenteng apa yang dia beli. Disisnya seorang anak perempuan yang menurutku dia berusia tidak lebih dari 4 tahun. Laki-laki itu meminta putrinya tersebut agar membukakakn pintu mobil untuknya, karena kedua tangannya sedang sibuk dengan belanjaan. Anak itu berusaha dan berusaha, tapi ia tidak mampu, namun ia terus berusaha seolah-olah dia mengetahui apa yang akan dia terima apabila ia gagal membuka pintunya. Akhirnya ia lelah dan menyerah. Kedua matanya sesekali memandang kepada laki-laki yang ternyata adalah bapaknya dan sesekali ke pintu mobil (yang gagal ia buka). Seolah-olah ia berkata kepada bapaknya supaya meletakkan barang belanjaannya sejenak dan mengambil alih tugas berat ini darinya.

Lalu tidak ada yang dilakukan laki-laki tersebut kecuali menendang punggung putrinya itu dengan kuat yang membuatnya terjerembab dengan wajahnya yang lembut menghantam pintu mobil dan selanjutnya ia terjatuh ke tanah karena kerasnya benturan akibat kuatnya tendangan.

Anak perempuan itu mulai menangis dengan tangisan yang memilukan. Tangisan karena rasa sakit, pemaksaan, dan kesedihan. Sakit, disebabkan apa yang dialami pada wajahnya, padahal jika wajahnya yang lembut terkena benturan benturan sedikit saja, maka akan menyakitinya. Pemaksaan, karena dia tidak melakukan sesuatu yang mengharuskannya menerima hukuman, seandainya dia melakukannya pun, maka umurnya yang masih kanak-kanak menjadi alasan yang bisa menolak hukuman apapun terhadapnya. Kesedihan, yaitu apa yang kerap teradi pada sebagian bapak menampakkan kekerasan, kekejaman dan kebengisan terhadap anak-anak mereka.

Selanjutnya, sang bapak terpaksa meletakkan apa yang ada ditangannya dan membuka pintu mobil, lalu ia menangkap putrinya itu dan melemparkannya ke jok belakang dengan kuat tanpa menghiraukan keadaanya atau tanpa terpengaruh oleh suara tangisan dan penderitaannya yang hampir menyayat urat kalbu.

Kejadian seperti ini bukanlah suatu yang asing atau jarang terjadi di masyarakat kita, sebaliknya bahkan merupakan sesuatu yang lumrah terjadi dan berulang-ulang. Betapa sering kita mendengar anak-anak yang menderita karena siksaan salah satu dari kedua orangtuanya. Betapa sering kita mendengar seorang bapak yang tidak menghukum anak-anaknya kecuali dengan kabel kawat listrik atau gagang parang besi. Seorang bapak yang membelenggu anaknya yang terkena hukuman dengan rantai besi, lalu mengurungnya di kamar sepanjang hari tanpa makanan dan minuman, sang anak dalam kedaan demikian sehari semalam.

Aku mengenal seseorang yang bila dia masuk rumahnya, maka semua anak-anaknya bersembunyi ke setiap sudut rumah agar dia tidak melihat mereka dan mereka tidak melihatnya, karena sekedar melihat mereka, maka itu berarti mereka berhak untuk dihukum berat. Di saat yang sama ada anak-anak yang memimpikan setiap hari dengan impian-impian yang membuatnya bahagia dan menumbuhkan harapan baru dalam jiwanya di kehidupan ini. Yaitu mimpi akan kematian bapaknya dalam sebuah kejadian yang tragis, dia menyangka bahwa dengan itu dia bisa melepas dirinya dari penghinaan dan hukuman yang terus menerus dideritanya dari bapaknya.

Kewibawaan seorang ayah bukanlah dengan cambuk yang diacungkan atau pukulan tanpa sebab kemudian merasa memiliki hak untuk melakukannya kapanpun ia mau. Peran sebagai bapak seharusnya bersikap lemah lembut, kasih saying dan cinta, memberi, berkorban, dan mendahulukan anak-anak, penuh kasih sayang, santun, sabar dan lapang dada, bertoleransi, memaafkan dan memaklumi, mengarahkan , mendidik, dan mengatur dengan kata-kata yang paling lembut dan cara yang paling baik.

Rasulullah shallallaabu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kasih sayang tidak akan dicabut, kecuali dari orang-orang yang sengsara.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud, dihasankan oleh Al-Albani)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *