Pendidikan: Dari Sini Kami Memulai

Pendidikan adalah salah satu poin utama dakwah Islam. Kita tentu kenal baik dengan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,

طلب العلم فريضة على كل مسلم

“Belajar agama merupakan kewajiban setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah, no. 224)

Menengok awal mula penyebaran Islam, kita melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam rutin mengumpulkan para shahabat beliau. Dalam majelis kebersamaan itu, Rasulullah mendidik mereka. Tarbiyah imaniah inilah yang menghasilkan generasi terbaik umat Islam.

Suku boleh beda. Ada yang kaya, ada yang miskin. Bangsawan maupun rakyat jelata, semua sama. Tarbiyah imaniah menempatkan keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya di atas segala nilai duniawi.

Badan boleh kurus, tapi iman sekuat baja. Tubuh boleh tambun, namun kerendahan diri di hadapan Rabb semesta alam membuat dahi senantiasa bersungkur sujud.

Bila kita mengamati sejarah, musuh-musuh Islam menggunakan berbagai cara untuk menggembosi generasi penerus Islam. Dengan pedang, mereka kalah. Karenanya, mereka merancang cara yang merusak kaum muslimin tanpa sadar.

Kaum muslimin dijauhkan dari majelis ilmu.
Kaum muslimin dijauhkan dari kitabullah dan sunnah Rasulullah.

Anak-anak Islam dicekoki dengan hal-hal yang mengasyikkan.
Akhirnya besarlah generasi yang tak paham cara thaharah, yang shalat ketika idul fitri dan idul adha saja, bahkan menginjak usia “kepala 2” pun baca Al-Quran masih harus dibimbing oleh guru mengaji.

Para wanita dibisiki tentang motif bajunya, warna selopnya, hingga keriput di pelipisnya.
Hingga wanita rela berjam-jam memerbaiki tampilan dirinya, tapi enggan membaca kitabullah untuk membenahi hatinya.

Para lelaki dibuat sibuk dengan perniagaan dan bangunan yang meninggi. Terus menambah pundi uang, namun lupa mendidik diri sendiri dan keluarganya dengan tarbiyah imaniah.

Anak-anak lebih asyik dengan gadget daripada buku sirah shahabat.
Para wanita lebih asyik dengan sinetron daripada Al-Quran.
Para lelaki lebih asyik kongkow daripada menghadiri pengajian.

Kaum muslimin dijauhkan sejauh-jauhnya dari pendidikan.
Kaum muslimin dilenakan dengan dunia.
Kaum muslimin dijadikan bodoh perihal agamanya.
Kaum muslimin dibuat lupa akhirat.

Kaum muslimin dibuat lupa bahwa “setiap muslim wajib belajar agama”.

Dengan belajar agama bukan berarti semua orang harus menjadi ustadz atau ulama. Namun, ada hal-hal wajib yang harus dipelajari oleh setiap muslim, seperti beberapa pembahasan dalam masalah akidah, fikih, dan lain-lain.

Dari sinilah Komunitas Ibu Asuh melihat sebuah celah. Bahwa pendidikan adalah titik utama untuk menegakkan agama Allah.

Bila sekolah dan madrasah dirintis di mana-mana, bila kualitas pendidikan diperbaiki, maka insyaallah masa kejayaan Islam akan kita songsong di depan mata.

Mungkin kita bukan guru, namun kita masih tetap bisa bersumbangsih untuk pendidikan generasi Islam yang lebih baik. Mari sumbangkan harta kita, banyak atau pun sedikit.

**

9 April 2016,
Komunitas Ibu Asuh (KIA)

Artikel www.ibuasuh.org

One Response
  1. August 4, 2016

Leave a Reply to Ibunya Uwais Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *