Shahabiyyah, Teladan Muslimah dalam Kedermawaan

Siapakah diantara kita yang meragukan semangaat keagamaan generasi pertama umat islam? Para sahabat, merupakan teladan dalam banyak sisi kehidupan, mulai dari lurusnya aqidah, kesungguhan dalam dakwah, bakti mereka kepada orangtua, hingga kisah kedermawaan mereka yang menakjubkan.

Kenalkah kita Abdurrahman bin Auf? Menjadi sahabat yang telah dijamin masuk surga tidak menyurutkan semangatnya berderma. Ia menjual tanahnya seharga 40 ribu dinar lalu menyedekahkannya, membekali 100 org pasukan perang masing-masing 400 dinar, memerdekakan 3000 budak bahkan pernah mendermakan separuh hartanya.

Banyak cara untuk berderma
Dari kalangan wanita, kita mengenal dua bersaudara ‘Aisyah dan Asma radhiallaahu’anhumaa yang bersemangat bersedekah ditengah kesederhanaan hidupnya.
Dari Abdullah ibnu Zubair, ia berkata,

ما رأيت امرأتين أجود من عائشة وأسماء، وجودهما مختلف، أما عائشة فكانت تجمع الشيء إلى الشيء، حتى إذا كان اجتمع عندها قسمت، وأما أسماء فكانت لا تمسك شيئاً لغد

“Saya tidak pernah melihat dua orang wanita yang lebih dermawan dari Aisyah dan Asma’. Bentuk kedermawanan mereka pun berbeda, Aisyah mengumpulkan harta sedikit demi sedikit, kemudian dia akan membagikannya jika sudah terkumpul. Adapun Asma’, ia (langsung membagi harta yang ia peroleh tanpa) menunggu hari esok.”

Wanita yang panjang tangannya
Aisyah berkata, “Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada istri-istrinya, ‘yang paling cepat menyusulku dari kalian adalah yang paling panjang tangannya,’ Aisyah berkata, ‘Maka kami setelah itu jika berkumpul saling mengukur tangan-tangan kami di tembok sambil melihat mana yang paling panjang, tidak henti-hentinya kami melakukan hal itu sampai saat meninggalnya Zainab, padahal dia adalah wanita yang pendek dan tidaklah tangannya paling panjang di antara kami, maka tahulah kami saat itu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memaksudkan panjang tangan adalah yang paling banyak bershadaqah. Adalah Zainab seorang wanita yang biasa bekerja dengan tangannya, dia biasa menyamak dan menjahit kemudian menshadaqahkan hasil kerjanya itu di jalan Allah’,” (Muttafaq Alaih)

Antara kita dan mereka
Kesungguhan wanita generasi sahabat dalam berderma tidaklah menunjukkan bertumpuknya harta mereka. Bahkan mereka radhiallaahu’anhum hidup dalam kesederhanaan. Adapun wanita di zaman ini tidak dikenal kecuali karena pelitnya, padahal semua sisi kehidupannya tercukupi, tidak ada kekurangan dalam harta. Hanya ketakutan akan kemiskinan serta besarnya angan-angan terhadap dunia menjadi penghalangnya. Maka benarlah bahwa manusia tidak pernah puas, saat memiliki diberi 2 gunung emas, maka ia akan mencari gunung yang ketiga. Semoga kita dikaruniai hati yang lapang dan tangan yg ringan berbagi.

Sumber Kisah
https://almanhaj.or.id/3801-abdurrahman-bin-auf-sahabat-yan…

http://kisahmuslim.com/2360-zainab-wanita-yang-dinikahkan-l…

https://rumaysho.com/2003-kedermawanan-jiwa.html

Tim Redaksi KIA

______
?Komunitas Ibu Asuh?
Dari Muslimah untuk Generasi Sunnah

Yuk ikut donasi untuk anak-anak asuh KIA di seluruh Indonesia

? www.ibuasuh.org
Fanpage FB : Komunitas Ibu Asuh
IG : Komunitasibuasuh
?/ 0813-2857-5800

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *