Kisah Ibnu Taimiyah, Penghafal yang Luar Biasa

Pengantar Redaksi 

Imam Syafi’i mengatakan, “Kalian tidak akan pernah mendapatkan ilmu kecuali dengan 6 perkara, akan aku kabarkan kepadamu secara terperinci yaitu dzakaa-un (kecerdasan), hirsun (semangat), ijtihadun (cita-cita yang tinggi), bulghatun (bekal), mulazamatul ustadzi (duduk dalam majelis bersama ustadz), tuuluzzamani (waktu yang panjang).”

Nasehat Beliau rahimahullah memberikan isyarat kepada kita untuk membekali diri dengan ke-6 perkara diatas, salah satunya adalah kecerdasan yang menjadi bekal utama seseorang untuk menuntut ilmu dan memahaminya. Adapun kecerdasan terkumpul padanya dua hal, yaitu pemahaman yang baik dan hafalan yang mutqin. Pemahaman yang mendalam akan membantunya untuk mengamalkan dan menyebarkan ilmu sesuai dengan hakikatnya, adapun hafalan (Al-qur’an, hadits, matan ilmiah) akan mengokohkan ilmu dan pemahamannya.

Sebuah kisah yang menakjubkan datang dari seorang ulama besar umat Islam, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah tentang kuatnya hafalan beliau bahkan sejak beliau masih muda.

Dikenal dengan hafalannya

Suatu hari, salah seorang ulama kota Halb pernah datang ke Damaskus lalu berkata, “Aku dengar di kota ini ada seorang anak bernama Ahmad bin Taimiyah, anak yang mempunyai kecepatan menghafal yang luar biasa. Aku sengaja datang kesini dengan harapan bisa bertemu dengannya.”

Seorang penjahit yang ditanya olehnya tadi menjawab, “Ini adalah jalan yang biasa ia lalui menuju madrasah dan sampai sekarang ia belum lewat. Duduklah disini barang sebentar sambil menunggu ia lewat menuju madrasah.”

Syaikh dari Halb duduk beberapa saat dan tak lama kemudian Ibnu Taimiyah tiba.

Penjahit berkata, “Anak yang membawa lauh (semacam papan tulis)  yang besar itulah yang bernama Ahmad bin Taimiyah.”

Syaikh memanggilnya lalu memperhatikan papan tersebut kemudian berkata, “Hapuslah tulisan ini wahai anakku sayang, karena aku ingin mendiktekan kepadamu untuk kamu tulis.”

Ia pun memenuhi apa yang dikehendaki Syaikh. Kemudian Syaikh mendiktekan kepadanya sebelas hingga tiga belas matan hadits lalu berkata, “Bacakan ini kepadaku!” Belum sempat memikirkannya sekalipun sudah menulisnya Ibnu Taimiyah langsung mengembalikannya kepada syaikh.

Syaikh berkata kepadanya, “Sekarang hafalkan hadits-hadits itu padaku!”

Lalu Ibnu Taimiyah menghafalnya persis seperti apa yang ada. Sesudah itu syaikh menyuruhnya untuk menghapus tulisan pada papan tersebut lalu mendiktekan lagi sejumlah sanad hadits yang telah ia pilih. Ibnu Taimiyah diminta menghafalnya seperti tadi hingga ia berhasil menghafalnya dengan baik.

Syaikh tersebut bangkit dan berkata, “Jika anak ini dikaruniai umur panjang, maka kelak ia akan menjadi orang besar. Belum pernah aku melihat anak seperti ini.

Kisah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah merupakan satu contoh kecerdasan dan kesungguhan para ulama dalam menghafal ilmu. Ibnu Taimiyah adalah ulama rabbani, yang kecerdasannya dipuji, karyanya banyak dipelajari dan dari majelisnya muncul para ulama yang terkenal akan keilmuannya.

Semoga kisah beliau dapat melecutkan semangat kita untuk menghafalkan ilmu. Mulailah dengan menghafal Al-qur’an, lalu tambahkan beberapa hadits dan doa sehari-hari.

Wallaahu a’lam

 

Sumber kisah : Mendidik Anak bersama Nabi

Penyusun : Khusnul rofiana

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *